PALU – Gubernur Sulawesi Tengah, Dr. H. Anwar Hafid, M.Si, menyatakan dukungannya agar situs warisan megalitikum di Sulawesi Tengah dapat berkembang menjadi destinasi budaya kelas dunia.
Hal itu disampaikannya saat menerima audiensi Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah bersama tim Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) di ruang kerja Gubernur, Jumat (12/9/2025).
Pertemuan tersebut membahas rencana pengembangan kawasan megalitik serta penguatan peran Museum Sulawesi Tengah sebagai pusat edukasi dan destinasi wisata budaya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sulteng, Andi Kamal Lembah, menegaskan bahwa peninggalan budaya di Sulawesi Tengah, termasuk situs-situs megalitik yang tersebar di Poso, Morowali, Morowali Utara, Banggai, hingga Kepulauan Togean, merupakan salah satu pusat peradaban tertua di dunia.
Berbagai penelitian geologi, arkeologi, hingga DNA menunjukkan jejak budaya di kawasan ini memiliki keterkaitan dengan migrasi masyarakat hingga ke Guam dan Kepulauan Mariana.
“Peninggalan megalitik Sulawesi Tengah terbukti lebih tua dibandingkan situs sejenis di negara lain. Ini menjadi bukti bahwa daerah kita adalah salah satu pusat peradaban dunia,” ungkapnya.
Andi Kamal juga memaparkan rencana penguatan Museum Sulawesi Tengah sebagai pusat pengetahuan dan wisata budaya.
Saat ini, museum menyimpan lebih dari 7.500 koleksi, mulai dari etnografi, arkeologi, hingga tradisi prasejarah seperti pembuatan kulit kayu berusia 4.500 tahun dan gerabah kubur yang disebut terbesar di Indonesia.
“Museum akan dikemas lebih modern dengan teknologi digital, fasilitas videotron, dan tata pamer yang menarik. Dengan begitu, museum tidak lagi dianggap menakutkan, tetapi ramah bagi wisatawan,” jelasnya.
Pada September ini, museum dijadwalkan menerima kunjungan 165 wisatawan mancanegara.
Gubernur Anwar Hafid menyambut baik rencana tersebut dan menegaskan dukungannya agar warisan megalitik Sulawesi Tengah dapat diusulkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 2028.
“Ini pekerjaan besar, tetapi dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, akademisi, dan masyarakat adat, kita bisa menjadikan Sulawesi Tengah sebagai pusat peradaban yang diakui dunia,” tegasnya.
Lebih lanjut, Gubernur mendorong tim teknis Kemendikbud Ristek bersama Dinas Kebudayaan untuk menyiapkan dokumen perencanaan pengembangan kawasan wisata budaya berbasis kebudayaan periode 2026–2029.
Menurutnya, salah satu langkah strategis adalah penetapan kawasan khusus seluas 100–200 hektare yang akan dikelola bersama pemerintah daerah dan masyarakat adat.
“Kawasan ini akan dikembangkan secara terpadu dengan dukungan infrastruktur, sehingga bukan hanya menjadi pusat pelestarian, tetapi juga destinasi wisata unggulan Sulawesi Tengah,” ujarnya.
Rencana strategis ini sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui program Berani Harmoni dan Berani Cerdas, yang menempatkan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan daerah. ***