PALU,- DALAM dunia jurnalistik Sulawesi Tengah, nama Andi Attas Abdullah, atau yang akrab disapa Bang Doel, bukanlah sosok asing. Lelaki yang kerap mengenakan baret ini telah menghabiskan puluhan tahun hidupnya untuk mengabdi di dunia pers.
Dari seorang mahasiswa yang berkutat di pers kampus, hingga menjadi pemimpin di sebuah grup media besar, perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku, perjuangan, dan dedikasi yang luar biasa.
Bang Doel mengawali karir jurnalistiknya di pers kampus. Sejak masa mahasiswa, ia sudah tertarik dengan dunia tulis-menulis dan pemberitaan.
Namun, babak baru dalam hidupnya dimulai ketika momentum reformasi 1999 membuka kran kebebasan pers. Saat itu, pers di Indonesia mengalami transformasi besar, di mana berbagai media baru mulai bermunculan seiring dengan diperbolehkannya mendirikan perusahaan pers secara independen.
Bang Doel melihat peluang ini dan bergabung dengan Tabloid Nuansa Pos, yang saat itu baru didirikan. Ia memulai karirnya dari bawah-bukan langsung sebagai wartawan, tetapi juga sebagai loper koran dan bagian periklanan.
Sembari menyebarkan berita, ia juga belajar tentang bagaimana industri media bekerja dari sisi bisnis dan pemasaran.
Seiring waktu, Nuansa Pos berkembang dari sekadar tabloid menjadi harian yang lebih mapan. Bang Doel pun ikut tumbuh bersama media tersebut, hingga akhirnya dipercaya sebagai Wakil Pemimpin Redaksi.
Namun, kemampuannya dalam mengelola redaksi dan menjaga kredibilitas berita membuat manajemen Nuansa Pos semakin yakin untuk mengangkatnya sebagai Pemimpin Redaksi dan Penanggung Jawab.
Keputusan ini diambil oleh Bayu Alexander Montang, pemilik Nuansa Pos, yang melihat Bang Doel sebagai sosok yang mampu membawa harian tersebut ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam 10 tahun pengabdiannya di Nuansa Pos, Bang Doel tidak hanya menjadi saksi perubahan media di Sulawesi Tengah, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan pers di daerah tersebut.
Setelah satu dekade mengabdi di Nuansa Pos, Bang Doel merasa sudah saatnya untuk melangkah lebih jauh. Dengan tekad kuat, ia mendirikan medianya sendiri yang diberi nama Deadline News.
Awalnya, media ini berbentuk tabloid cetak, dan diluncurkan perdana pada 9 Maret 2009.Tidak berhenti di situ, ia juga melihat peluang di dunia digital dan mulai membangun Deadline Interaktif, sebagai cikal bakal platform online yang kini dikenal sebagai deadline-news.com.
Tujuh tahun setelah peluncuran awal, Deadline News mengalami transformasi besar. Dari tabloid cetak, media ini beralih sepenuhnya menjadi media online dengan nama deadline-news.com.
Tidak hanya itu, seiring perkembangan regulasi tentang pers, Bang Doel juga menyesuaikan struktur medianya.
CV Grafika Nokilala, sebagai penerbit awal, diubah menjadi PT Media Perkasa Sulteng.
Perusahaan ini kini membawahi lima media online, yaitu:
• deadline-news.com
• detaknews.id
• deadlinews.com
• morowalipost.com
• deadlinews.co
Perubahan ini menunjukkan visi besar Bang Doel dalam membangun ekosistem media yang lebih profesional dan berkelanjutan.
Sejak pertama kali diluncurkan, Deadline News Group tidak hanya berfokus pada pemberitaan, tetapi juga memiliki perhatian besar terhadap kehidupan sosial, khususnya di Kota Palu.
Setiap peringatan hari jadi deadline-news.com, Bang Doel dan timnya selalu berbagi dengan anak-anak panti asuhan dan kaum dhuafa.
Tradisi ini menjadi bagian dari identitas Deadline News, yang tidak hanya berperan sebagai penyampai berita, tetapi juga hadir sebagai bagian dari masyarakat yang peduli.
“Kami ingin media ini tidak hanya bermanfaat dari segi informasi, tapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat yang membutuhkan,” ujar Bang Doel dalam salah satu kesempatan perayaan ulang tahun media tersebut.
Perjalanan jurnalistik Bang Doel masih jauh dari kata selesai. Dengan pengalaman panjangnya di dunia media, ia terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Dari seorang loper koran hingga menjadi pemimpin di dunia pers Sulawesi Tengah, kisah Bang Doel adalah bukti bahwa kerja keras, ketekunan, dan visi yang jelas dapat membawa seseorang mencapai kesuksesan.
Saat ini, Deadline News Group terus berkembang, membawa semangat jurnalisme yang kritis, berani, dan tetap berpihak pada kepentingan masyarakat.
Bang Doel pun tetap berdiri di garis depan, memastikan bahwa suara rakyat terus didengar dan kebenaran selalu diungkap.
Perjalanan panjang ini membuktikan satu hal: Pers bukan hanya tentang berita, tetapi juga tentang perjuangan, komitmen, dan keberanian untuk terus maju di Balik Jurnalisme Kritis dengan Jargon “Beritaku Tak Berkawan”. ***