PALU – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Datokarama Palu resmi meluncurkan buku berjudul “Membangun Sigi di Antara Dua Bencana: Percikan Pemikiran dan Kerja Nyata Muhammad Irwan Lapatta”.
Buku tersebut memotret perjalanan hampir satu dekade kepemimpinan Mohamad Irwan Lapatta, mulai dari perumusan konsep pembangunan, dinamika sosial, hingga tantangan besar berupa gempa dan likuifaksi tahun 2018 serta pandemi Covid-19 pada periode kedua masa jabatannya.Peluncuran buku digelar di salah satu hotel di Kota Palu, Rabu (10/12/2025).
Acara ini dihadiri mantan Bupati Sigi periode 2016–2025, perwakilan Pemerintah Daerah Sigi, Dinas Pendidikan, tokoh pemuda, mahasiswa, unsur Forkopimda, serta sejumlah lembaga terkait.
Mohamad Irwan Lapatta lahir di Palu, 19 September 1968. Politisi Partai Golkar ini tercatat sebagai Wakil Ketua DPD I Golkar Sulawesi Tengah dan dua periode menjabat sebagai Bupati Sigi.
Pada periode pertama ia berpasangan dengan Paulina Lallo, sementara pada periode kedua didampingi Samuel Yansen Pongi dengan perolehan 77.376 suara atau 55,60 persen.
Riwayat pendidikannya ditempuh di Kota Palu, mulai dari SDN 3, SMPN 1, hingga SMAN 1, sebelum meraih gelar sarjana dan magister di Universitas Tadulako. Selain berkiprah di pemerintahan, Irwan juga aktif di berbagai organisasi, antara lain sebagai Ketua Umum DPK Kosgoro 1957 Sigi, Ketua Umum Forum Masyarakat Sigi (Formasi), Ketua PC Nahdlatul Ulama Kabupaten Sigi periode 2020–2025, serta terlibat aktif dalam berbagai kegiatan Alkhairaat.
Kiprah Irwan di NU dan Alkhairaat berangkat dari keyakinannya bahwa kedua organisasi besar tersebut memiliki peran strategis dalam menjaga keutuhan bangsa, memperjuangkan keadilan sosial, serta memajukan pendidikan dan dakwah Islam moderat.
Mohammad Irwan juga dikenal sebagai salah satu penggerak utama pemekaran Kabupaten Sigi dari Kabupaten Donggala. Bersama sejumlah tokoh lokal seperti Habir Ponulele, Syarifuddin Lapasere, Yusuf Parampasi, dan lainnya, ia membentuk Forum Komunikasi Pemekaran Kabupaten Sigi yang mendorong terwujudnya daerah otonom baru melalui konsolidasi politik dan sosial.
Pada periode pertamanya, Kabupaten Sigi diterjang gempa dan likuifaksi 2018 yang menghancurkan lebih dari 40 persen infrastruktur daerah.
Kondisi tersebut menuntut penataan ulang pembangunan dan pemulihan sosial secara menyeluruh.Pada periode kedua, Irwan dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang menuntut kerja cepat, inovatif, dan responsif.
Dalam buku ini, Irwan digambarkan menerapkan kepemimpinan situasional yang adaptif terhadap tekanan dan kondisi krisis, demi memastikan pelayanan publik tetap berjalan.
Ia mengembangkan gaya kepemimpinan inovatif dan melayani, serta menggerakkan berbagai program strategis seperti Sigi Massagena, Sigi Religi, dan Sigi Hijau, hingga berbagai terobosan sosial-ekonomi berbasis kebutuhan masyarakat.
Ketua LPPM UIN Datokarama Palu, Dr. Sahran Raden, menegaskan bahwa buku ini tidak ditulis untuk mengultuskan sosok Irwan Lapatta, melainkan sebagai dokumentasi atas gagasan, program, dan peran kepemimpinannya dalam membangun Kabupaten Sigi.
“Kami menuliskan jejak gagasan beliau, khususnya program-program harmoni sosial yang terbukti mampu meredam konflik antar desa di Sigi. Buku ini bukan membangun sosok pribadi, tetapi merekam kiprah beliau dalam pemerintahan dan sosial selama hampir satu dekade,” ujar Sahran.
Ia menjelaskan, buku ini juga memuat penjabaran program unggulan seperti Sigi Masagena, Sigi Religi yang telah memiliki dasar hukum melalui Peraturan Daerah, serta Sigi Hijau sebagai bagian dari visi dan misi pembangunan daerah.
Sahran berharap tradisi penulisan gagasan kepala daerah terus berkembang di Sulawesi Tengah agar dapat menjadi referensi pembangunan di masa mendatang.
Dalam sambutannya, Irwan Lapatta menceritakan awal ketertarikannya mencalonkan diri sebagai bupati, yang berawal dari keluhan warga terkait sulitnya akses pendidikan dan layanan kesehatan.
Ia menyampaikan terima kasih kepada para akademisi UIN Datokarama Palu yang telah mengabadikan perjalanan kepemimpinannya dalam sebuah karya buku.
Irwan berharap buku tersebut dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda dan pemimpin masa depan Kabupaten Sigi.
“Saya berharap buku ini tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya bahwa membangun daerah harus berangkat dari keberpihakan kepada masyarakat yang paling membutuhkan. Saya berharap Sigi terus tumbuh sebagai daerah yang kuat, tangguh, dan tidak mudah menyerah meskipun pernah diterpa dua bencana besar,” tuturnya.
Sementara itu, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Sigi, Anwar, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku yang mulai dikerjakan sejak akhir 2024.
“Melalui buku ini, masyarakat dapat mengetahui perjalanan kepemimpinan Irwan Lapatta. Harapan kami, buku ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua,” ujarnya.Anwar berharap buku tersebut dapat didistribusikan ke satuan pendidikan agar menjadi bahan bacaan bagi pelajar.
“Anak-anak kita juga harus mengetahui sejarah perjalanan Kabupaten Sigi dari masa ke masa. Kami berharap buku ini terus diperbarui dan diperbanyak,” katanya.
Ia menegaskan bahwa buku tersebut memuat pesan penting: bencana dapat menghancurkan banyak hal, tetapi kekuatan dan kebersamaan mampu membangun kembali segalanya.***







