PALU,- Konflik agraria yang menderu selama lebih dari dua dekade, di tiga desa di Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, telah mengoyak kemanusiaan.
Demikian ditulis Ketua Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Agraria (Satgas PKA) Sulteng, Eva Bande, di akun Facebooknya, Rabu dini hari (20/8/2025).
Menurut Eva, di bawah bayang-bayang PT Lestari Tani Teladan (LTT), penderitaan rakyat tak berkesudahan, seakan tak ada lagi tempat bagi keadilan.
“Kemanusiaan kami terkoyak-koyak menyaksikan bagaimana tanah, sumber hidup, dan masa depan rakyat terus dirampas,”ungkap Eva.
Katanya, dengan kesedihan yang bercampur amarah kian mendalam. Ia pun mempertanyakan sikap Pemerintah yang dinilai melakukan pembiaran.
“Selama ini pemerintah ada di mana? Mengapa membiarkan rakyat terus menderita tanpa kepastian?”tanyanya.
Eva berjanji akan melakukan langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
“Satgas PKA tidak akan tinggal diam. Dalam waktu dekat, kami akan melakukan kajian mendalam, mengumpulkan setiap tetes air mata dan harapan, untuk merumuskan rekomendasi tegas dan konkret,”tegas Eva.
Putri Purnawirawan Polri itu menegaskan, bahwa rekomendasi ini nantinya akan diserahkan langsung kepada Gubernur Sulteng.
Ia juga mendesak agar Gubernur untuk mengambil langkah nyata dan mengembalikan hak-hak rakyat yang telah lama dirampas.
“Kami percaya, perjuangan ini bukan hanya milik kami. Ini adalah perjuangan seluruh anak bangsa yang menolak tunduk pada ketidakadilan,”ujar eva.
“Dan kami akan terus melangkah, dengan suara rakyat sebagai kompas, dan semangat perubahan sebagai bahan bakar,”tegas Eva. ***







