FDL 2025 Bukan Kompetisi Atau Milik Lembaga Tertentu, Bupati Rizal : Maka Saya Minta Kolaborasi

  • Whatsapp
Bupati Sigi Mohamad Rizal Intjenae. FOTO : MEGALIT

SIGI,- Bupati Sigi, Mohamad Rizal Intjenae menyayangkan keputusan Hasan Bahasyuan Institut (HBI) yang menyatakan mengundurkan diri secara resmi dari seluruh proses dan tanggung jawab pada pelaksanaan event Festival Danau Lindu (FDL) 2025.

Ia menegaskan, bahwa sejak awal dirinya sudah mendorong kolaborasi antara HBI dan Dewan Kesenian Sigi (DKS). Karena event ini bukan sebuah kompetisi atau saling meniadakan peran.

“Saya banyak berdiskusi dengan teman-teman dari DKS, tetapi saya juga menerima HBI. Dua-duanya pernah presentasi bersama saya. Maka saya minta kolaborasi,”tegas Bupati Rizal, Senin (16/6/2025).

Menurutnya, dengan menggabungkan kekuatan ide dari HBI dan DKS, akan tercipta dasar yang kuat untuk membangun industri pariwisata yang lebih terarah dan berkelanjutan.

“Insya Allah, mimpi saya untuk membangun industri pariwisata bisa terwujud. Karena sudah ada konteks yang dibangun, ke depan tidak hanya melibatkan kecamatan, tapi fokus mengkaji budaya-budaya lokal sebagai sajian utama bagi wisatawan,” jelasnya.

Rizal mengaku terkejut saat mendengar kabar pengunduran diri HBI. Ia menyayangkan jika hal itu dipicu oleh persoalan ego atau rasa tidak dilibatkan.

“Saya juga tidak tahu, saya kaget ketika mendengar HBI mengundurkan diri. Kalau itu karena mereka tidak siap berkolaborasi, ya saya sangat menyayangkan. Karena selama ini saya selalu titipkan kolaborasi,” tegasnya.

Terkait klaim HBI yang tidak dilibatkan dalam pembahasan FDL 2025, Rizal menyebut hal itu sebagai ranah teknis Dinas Pariwisata. Namun ia menekankan bahwa semestinya hal ini bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik, bukan lewat pengunduran diri.

“Kalau menurut saya, ini persoalan ego saja. Merasa konsepnya lebih bagus dari yang lain, padahal seharusnya kita saling melengkapi. Saya selalu terbuka bekerja sama dengan siapa pun, yang penting ada komitmen dan konsistensi untuk membangun Sigi,” ujarnya.

Rizal juga menegaskan bahwa penyelenggara utama FDL 2025 adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi. DKS hanya berperan sebagai mitra kerja lokal, bukan penentu kebijakan utama.

“Ini program pemerintah, bukan program lembaga lain. Kecuali kalau FDL sudah diswastakan, itu cerita lain. Tapi sekarang masih program Pemda Sigi,” tegas Rizal.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa membangun destinasi wisata memerlukan proses panjang. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar, terutama dalam menyiapkan infrastruktur dan kesiapan sosial masyarakat lokal.

“Orang yang datang ini bisa dari berbagai latar belakang, jadi masyarakat lokal harus siap menerima perubahan. Seperti di Bali, kebiasaan orang Barat bisa diterima karena masyarakatnya sudah paham dan menjaga budayanya sendiri dengan baik,” jelasnya.

Ia juga menyinggung pentingnya pemahaman bagi pelaku homestay, UMKM, hingga soal tarif, rasa kuliner lokal, dan sarana komunikasi.

“Masih banyak yang harus disiapkan. Bahkan masalah selera makanan saja tidak bisa disamakan antara warga lokal dan wisatawan. Belum lagi infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai,” katanya.

Di akhir pernyataannya, Rizal menyayangkan munculnya konflik di awal persiapan festival yang seharusnya bisa menjadi peluang besar bagi semua pihak.

“Saya heran, masih proses awal sudah ada konflik seperti ini. Padahal kalau dikolaborasikan, ini bisa sangat bagus. Tapi insya Allah semua bisa kita kendalikan. Kemarin saya kaget ketika menerima surat pengunduran diri itu. Ada apa sebenarnya?” ujar Rizal.

Lebih jauh, Rizal berharap Festival Danau Lindu 2025 bisa menjadi momentum kebangkitan pariwisata Sigi, sekaligus mengangkat potensi budaya lokal Lindu ke tingkat nasional bahkan internasional.

“Saya ingin festival ini tidak hanya seremonial, tapi benar-benar mampu menghadirkan manfaat ekonomi bagi masyarakat, menghidupkan UMKM, dan menarik kunjungan wisatawan dari luar daerah, bahkan luar negeri. Kita harus membuktikan bahwa Sigi bisa menjadi destinasi unggulan berbasis budaya dan kearifan lokal,” pungkasnya.

Diketahui HBI, merupakan perancang awal konsep festival, menyatakan mundur karena merasa tidak lagi dilibatkan dalam persiapan FDL yang akan digelar pada 3–5 Juli 2025, tanpa adanya pemberitahuan dari pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi.***

Pos terkait